Monday, July 4, 2011

Minyak kelapa lebih baik daripada lemak / minyak lain?

"Minyak kelapa adalah lebih baik daripada mentega dan lemak trans, tapi tidak sebagus minyak nabati cair," kata peneliti nutrisi kardiovaskular dari Penn State University, Penny Kris-Etherton, PhD, RD.
Dariush Mozaffarian, MD, DrPH, dari Harvard Medical School dan Harvard School of Public Health setuju bahwa minyak kelapa adalah lebih baik daripada lemak trans hidrogenasi parsial dan mungkin lemak hewani.
"Tapi meskipun minyak kelapa bebas kolesterol, minyak kelapa masih tergolong lemak jenuh yang perlu dibatasi dalam diet dan jika Anda mencari manfaat kesehatan nyata, beralihlah dari lemak jenuh dengan lemak tak jenuh dengan memakai minyak nabati seperti kedelai, kanola , jagung, atau minyak zaitun" kata Kris-Etherton, anggota komite penasihat 2005 Dietary Guidelines dan panel Institue of Medicine bidang intake referensi diet untuk macronutrients (termasuk lemak).

Lemak adalah bagian penting dari diet sehat, tapi tips penting adalah untuk menyantap cukup lemak, tidak terlalu banyak, dan memilih lemak terbaik sesering mungkin. The Dietary Guidelines merekomendasikan bahwa lemak membentuk 20% sampai 35% dari total kalori dan lemak jenuh kurang dari 10%. Dan meskipun minyak kelapa adalah cairan, Pedoman Diet menganggap minyak kelapa sebagai lemak padat yang mereka sarankan agar warga Amerika menguranginya, begitu juga dengan gula tambahan.
Selama Anda menjaga jumlah lemak jenuh hingga kurang dari 10% dari kalori, pilihan terserah pada Anda.
Beberapa penelitian melihat minyak kelapa dan menemukan kombinasi dari asam lemak meningkatkan rasio kolesterol total: HDL (kolesterol baik) tetapi minyak kelapa juga meningkatkan LDL (kolesterol jahat).
Kontroversi lemak jenuh dan konspirasi menjatuhkan minyak tropis
Namun demikian, ada perdebatan tentang peran lemak jenuh dan peran dari kolesterol LDL.
Mozaffarian berkata bahwa kolesterol LDL hanyalah salah satu dari banyak biomarker risiko penyakit jantung. "LDL penting namun begitu juga HDL dan upaya menentukan mana yang lebih penting dan relevan dengan kesehatan masih bersifat spekulatif, jadi kita harus melihat melampaui LDL (maksudnya tidak hanya terbatas pada isu LDL) untuk menentukan dampak pangan bagi kesehatan." Sebagian besar ahli setuju bahwa untuk mengurangi risiko penyakit jantung, mengganti lemak jenuh dengan lemak tak jenuh sehat lebih disukai. Namun demikian, ada kesepakatan lebih lanjut bahwa diperlukan lebih banyak penelitian di bidang asam lemak dan hubungannya dengan kesehatan. Hal ini senada dengan pendapat Prof.Dr. Sri Rahardjo, peneliti dari Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, bahwa kesimpulan bahwa minyak tropis, termasuk minyak kelapa dan minyak sawit, merugikan kesehatan terutama meningkatkan resiko penyakit jantung koroner, dibangun dari beberapa penelitian terpisah. Satu penelitian bercerita tentang minyak kelapa dan minyak sawit mengandung banyak lemak jenuh, sedangkan penelitian lain menunjukkan bahwa konsumsi lemak jenuh (tidak jelas apakah berasal dari minyak kelapa atau minyak sawit atau minyak lain) meningkatkan resiko penyakit jantung koroner. Dengan kata lain, sampai saat ini belum ada penelitian membuktikan secara langsung dalam satu penelitian utuh tentang adanya hubungan antara konsumsi minyak tropis (minyak kelapa dan minyak sawit) dengan penyakit jantung koroner. Beliau menyebutnya fenomena tersebut sebagai konspirasi untuk menyudutkan citra minyak tropis. Salah satu sebabnya adalah semakin banyaknya penelitian yang justru membuktikan peran MCFA (medium chain fatty acid) seperti asam laurat dalam minyak kelapa dalam mendukung kesehatan manusia.
Sebagai catatan, ada dua kategori dasar dari lemak. Lemak tak jenuh termasuk minyak nabati, minyak ikan, dan lemak tanaman di kacang-kacangan, alpukat, dan biji. Lemak jenuh ditemukan dalam lemak hewan dan minyak tropis, termasuk minyak kelapa. Lemak trans dalam pangan olahan adalah lemak terburuk, mampu menurunkan HDL dan peningkatan LDL, dan harus dijaga serendah mungkin.
Penutup
Mengkonsumsi pangan bergizi mencakup sebagian besar pangan utuh dan seimbang dalam kalori adalah lebih penting daripada mengkhawatirkan tentang nutrisi dan pangan tertentu.
Misalnya, asparagus dimasak dalam minyak kelapa adalah pilihan lebih baik daripada minyak kedelai terhidrogenasi sebagian tetapi tidak selalu lebih baik daripada asparagus dimasak dalam minyak zaitun.
Apa yang paling penting adalah pola keseluruhan diet Anda. "Kita tidak bisa menyimpulkan minyak kelapa sehat atau tidak sehat, itu tergantung pada pola konsumsi lainnya," kata Mozaffarian.
Jika konsumen membayar lebih banyak perhatian untuk memilih pangan sehat, membaca label nutrisi, masalah lemak mungkin terselesaikan.

Artikel terkait:
Keunggulan minyak kelapa
Tips memilih minyak kelapa
Pengolahan VCO, kualitas,dan khasiatnya
Pengolahan kopra
Pengertian / definisi lemak trans?

No comments: